Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Senin, 19 Desember 2011

Senin, 19 Desember 2011

Tersenyumlah di Jalan Dakwah ini

Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS dari seorang sahabat.

“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya. Saat engkau menangis atas perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai menghitung setiap tetes air matamu. Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan selalu ada bersamamu! Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini, Akh! Fikirkanlah tentang KONTRIBUSI yang dapat kita berikan. Semoga Allah senantiasa mencintaimu.”

Jumat, 09 Desember 2011

Jumat, 09 Desember 2011

Budaya Bohong


Sebuah iklan di media televisi menunjukkan bahwa ketika  sedari kecil kita telah terbiasa berbohong maka bisa jadi sampai ketika kita beranjak dewasa kita akan terbiasa berbohong. Berbohong adalah pangkal dari segala perilaku buruk kita dengan berbohong apa saja akan kita lakukan untuk menutupi perilaku buruk kita.

Kamis, 08 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

Kesehatan dan Keselamatan Kerja



Bekerja di sebuah perushaan yang bergerak di bidang pertambangan kita tentu dituntut agar lebih sadar terhadap aturan tentang kesehatan dan keselamtan kerja bukan karena dunia pertambangan saja yang butuh keselamatn tapi karena disini reward dan punismentnya sangan jelas sehingga pelaku pertambangan diwajibkan bekerja ekstra keras untuk menangani hal ini apabila masih ingin eksis meraup untung disini

Sabtu, 03 Desember 2011

Sabtu, 03 Desember 2011

Liqo Baru Agenda Baru


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Hasyr 18)
 

Senin, 14 November 2011

Senin, 14 November 2011

Jamaah Kita



Dalam sebuah pertemuan dengan keluarga, istri saya sempat ditanya oleh keluarga yang lain tentang kegiatan saya yang katanya aktif di pengajian “PKS”, saat itu kebetulan topic hangat pembicaraan ibu ibu adalah mengenai  berbagai macam kelompok pengajian yang ada di Tanjung Redeb ini. Kayaknya Ini semata bukan karena bergesernya kebiasaan mereka membicarakan yang lagi hangat di infotaiment tetapi lebih karena pada hari itu persiapan seorang keluarga  yang akan menikah dengan seorang wanita yang katanya berjilbab besar dan bercadar .Yang  tentu ini merupakan pemandangan yang tidak lazim bagi sebagian mereka.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Sabtu, 06 Agustus 2011

Renungan Ramadhan - KH Rahmat Abdullah -


"Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang."-KH Rahmat Abdullah-



Tak pernah air melawan qudrat yang ALLAH ciptakan untuknya, mencari dataran rendah dan semakin kuat ketika dibendung dan menjadi nyawa kehidupan. Lidah api selalu menjulang dan udara selalu mencari daerah minimum dari kawasan maksimum, angin pun berhembus.

Edaran yang pasti dari keluarga galaksi, membuat manusia dapat membuat mesin pengukur waktu, kronometer, menulis sejarah, catatan musim dan penanggalan. Semua bergerak dalam harmoni yang menakjubkan. Ruh pun –dengan karakternya sebagai ciptaan ALLAH– menerobos kesulitan mengaktualisasikan dirinya yang klasik saat tarikan grativasi “bumi jasad” memberatkan penjelajahannya menembus hambatan dan badai cakrawala.

Kini –dibulan ini (Ramadlan)– ia begitu ringan, menjelajah langit ruhani. Carilah bulan diluar Ramadlan – saat orang dapat mengkhatamkan tilawah satu, dua, tiga sampai empat kali dalam sebulan. Carilah momentum saat orang berdiri lama dimalam hari, saat orang menyelesaikan sebelas atau dua puluh tiga rakaat. Carilah musim kebajikan saat orang begitu santainya melepaskan “ular harta” yang membelitnya.

Inilah momen yang membuka seluas-luasnya kesempatan ruh mengeksiskan dirinya dan mendekap erat-erat fitrah dan karakternya.

Marhaban ya syahra ramadlan Marhaban ya syahra’ as-shiyami
Marhaban ya syahra ramadlan Marhaban ya syahra’ al-qiyami.

Keqariban ditengah keghariban (pendekatan diri ditengah keterasingan)

Ahli zaman kini mungkin leluasa menertawakan muslim badui yang bersahaja, saat ia bertanya : “Ya Rasul ALLAH, dekatkah tuhan kita? Sehingga saya cukup berbisik saja atau jauhkah Ia sehingga saya harus berseru kepada-NYA?”

Sebagian kita telah begitu ‘canggih’ memperkatakan Tuhan. Yang lain merasa bebas ketika beban-beban orang bertuhan telah mereka persetankan.

Bagaimana rupa hati yang Ia tiada bertahta disana? Betapa miskinnya anak-anak zaman, saat mereka saling benci dan bantai. Betapa sengsaranya mereka saat menikmati kebebasan semu; makan, minum, seks, riba, suap, syahwat dan seterusnya, padahal mereka masih berpijak dibumi-NYA.

Betapa menyedihkan orang yang grogi menghadapi kehidupan dan persoalan, padahal Ia yang memberinya titah untuk menuturkan pesan suci-NYA. Betapa bodohnya masinis yang telah mendapatkan peta perjalanan, kisah kawasan rawan, mesin kereta yang luar biasa tangguh dan rambu-rambu yang sempurna, lalu masih membawa keluar lokonya dari rel, untuk kemudian menangis-nangis lagi di stasiun berikutnya, meratapi kekeliruannya. Begitulah berulang seterusnya.

Semua ayat dari 183 – 187 surah Al Baqarah bicara secara tekstual tentang puasa. Hanya satu ayat yang tidak menyentuhnya secara tekstual, namun sulit mengeluarkannya dari inti hikmah puasa. “Dan apabila hamba-hambaku bertanya tentang Aku, maka katakanlah : sesungguhnya Aku ini dekat…( Al Baqarah : 185).

Apa yang terjadi pada manusia dengan dada hampa kekariban (kedekatan) ini? Mereka jadi pandai tampil dengan wajah tanpa dosa didepan publik, padahal beberapa menit sebelum atau sesudah tampilan ini mereka menjadi drakula dan vampir yang haus darah, bukan lagi menjadi nyamuk yang zuhud. Mereka menjadi lalat yang terjun langsung kebangkai-bangkai, menjadi babi rakus yang tak bermalu, atau kera, tukangtiru yang rakus.

Bagaimana mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang pohon bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar warga atau anggota lembaga tinggi Negara, bisniskan hukum, atau jual bangsa kepada bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan hati ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa berstatus bapak yang syar’i? Berapa lagi rakyat yang menjadi keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak lagi kurban berjatuhan sementara sesama saudara saling tidak peduli?

Al Qur’an dulu baru yang lain

Bacalah Al-Qur’an, ruh yang menghidupkan, sinari pemahaman dengan sunnah dan perkaya wawasan dengan sirah, niscahya Islam itu terasa nikmat, harmoni, mudah, lapang dan serasi. Al-Qur’an membentuk frame berfikir. Al-Qur’an mainstream perjuangan. Nilai-nilainya menjadi tolak ukur keadilan, kewajaran, dan kesesuaian dengan karakter, fitrah dan watak manusia. Penguasaan outline-nya menghindarkan pandangan parsial juz’i. penda’wahannya dengan kelengkapan sunnah yang sederhana, menyentuh, aksiomatis, akan memudahkan orang memahami Islam, menjauhkan perselisihan dan menghemat energi umat.


Betapa da’wah Al-Qur’an dengan madrasah tahsin, tahfiz dan tafhimnya telah membangkitkan kembali semangat keislaman, bahkan dijantung tempat kelahirannya sendiri. Ahlinya selalu menjadi pelopor jihad digaris depan, jauh sejak awal sejarah ini bermula. Bila Rasullah meminta orang menurunkan jenazah dimintanya yang paling banyak penguasaan Qur’annya. Bila menyusun komposisi pasukan, diletakannya pasukan yang lebih banyak hafalannya. Bahkan dimasa awal sekali ‘unjuk rasa’ pertama digelar dengan pertanyaan “Siapa yang berani membacakan surat Arrahman di ka’bah?” Dan Ibnu Mas’ud tampil dengan berani dan tak menyesal atau jera walaupun pingsan dipukul musyrikin kota Makkah.

Nuzul Qur’an di Hira, Nuzul Qur’an di hati

Ketika pertama kali Al-Qur’an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh manusia. Ia menjadi petunjuk sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalakan rambu-rambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan jadi kacau. Ada juga orang berfikir malam qodar itu selesai sudah karena ALLAH menyatakan dengan anzalnahu ( kami telah menurunkannya) tanpa melihat tajam-tajam pada kata tanazzalu’l Malaikatu wa’l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah para malaikat dan ruh), dengan kata kerja permanen.

Bila malam adalah malam, saat matahari terbenam, siapa warga negeri yang tak menemukan malam; kafirnya dan mukminnya, fasiqnya dan shalihnya, munafiqnya dan shiddiqnya. Yahudi dan nasraninya? Jadi apakah malam itu malam fisika yang meliput semua orang dikawasan?

Jadi ketika Ramadhan di gua Hira itu malamnya disebut malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahaginya setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Al-Qur’an dihati pada malam qadarnya masing-masing, saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu merindu dan mencari sang Pencipta. Yang tetap terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti badanpun tak dapat melampiaskan kesenangannya, karena selalu ada keterbatasan dalam setiap kesenangan. Batas makanan dan minuman yang lezat adalah keterbatasan perut dan segala yang lahir dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah menghilangnya kegembiraan dipuncak kesenangan. Batas nikmatnya dunia ketika ajal tiba-tiba menemukan rambu-rambu: Stop!

Puasa: Da’wah, Tarbiyah, Jihad dan Disiplin

Orang yang tertempa makan (sahur) disaat enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadlan, setelah siangnya berlapar haus atau menahan semua pembantal lahir bathin, sudah sepantasnya mampu mengatasi masalah-masalah da’wah dan kehidupannya tanpa keluhan, keputusasaan atau kepanikan.

Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air diakhir malam, lapar dan haus diterik siang.

Mereka biasa berburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai keakhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? “Fadiqu’s Syai’la Yu’thihi’ (yang tak punya apa-apa tak kan mampu memberi apa-apa).

Wahyu pertama turun dibulan Ramadlan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman.

Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yang menunggu jawaban serius. ~KH. Rahmat Abdullah~

*)http://iqronews.wordpress.com/2011/07/28/renungan-ramadlan/

Selasa, 02 Agustus 2011

Selasa, 02 Agustus 2011

Ahlan Wa Sahlan Yaa Ramadhan.... Hentakan Jiwamu....

Oleh: Abdullah Haidir, Lc*
Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) DPW PKS Arab Saudi


Kadang, ada saatnya dalam hidup ini, kita tidak lagi membutuhkan cara-cara gradual untuk meraih kebaikan, atau menghindar dari keburukan. Karena, perbedaan yang tipis antara menempuh cara gradual untuk melakukan perbaikan, dengan tabaathu' (keengganan), takaasul (kemalasan) dan taswiif (menunda-nunda), sering menjadi celah bagi setan untuk menghalangi seseorang dari langkah-langkah kebaikan dengan alasan bertahap dalam melakukannya.

Ya, ada saatnya kita membutuhkan hentakan jiwa untuk keluar dari perangkap setan yang menghalangi kita untuk mengambil langkah tegas, cepat dan tepat dalam melakukan kebaikan. Karena, sedikit saja kita tunda langkah tersebut dengan berbagai alibi, disanalah setan masuk, mengulur-ngulur waktu lebih lama sambil memberi janji-janji manis penuh pesona, lalu menggiring pada kesesatan yang nyata.

Ketika azan telah berkumandang, sementara kita masih tertidur lelap serasa malam masih panjang, atau tenggelam dalam kesibukan kerja bak pejuang, saat itu kita perlu hentakan untuk menggerakkan jiwa menyambut panggilan Tuhan, menghadap-Nya dengan jiwa yang tenang.

Ketika jadwal pengajian sudah tiba gilirannya, sementara kita sedang asyik bercengkrama dengan keluarga, bercanda dengan kolega, menyalurkan hobi yang disuka, menghadiri undangan tetangga, atau asyik berselancar di dunia maya, saat itu kita perlu hentakan untuk menggerakan hati, memenuhi agenda jiwa, menunaikan janji membina diri menuju takwa.

Ketika batang demi batang rokok tidak juga dapat kita tinggalkan, janji untuk menghentikannya sudah berkali-kali dinyatakan, berbagai terapi sudah dipraktekkan, saat itu kita butuh hentakan jiwa, tinggalkan total hingga tak tersisa dan hapuskan rokok dari ingatan saat itu juga.

Ketika bayang-bayang 'si Dia' begitu menggoda, senyumannya selalu terbayang di pelupuk mata, ucapannya indah terdengar bagaikan kata-kata mutiara, bayang-bayangnya selalu hadir saat bekerja, beribadah dan dimana saja, berpindah-pindah antara satu 'zina' ke 'zina' berikutnya….. Saat itu, perlu hentakan jiwa. Hapuskan 'file' tentang 'si Dia' dalam pikiran dan perangkat lainnya, atau…. segera menikah, agar ekspresi cinta tersalurkan dengan halal dan penuh mesra.

Dahulu, kala perang Mu'tah yang sangat heroik, ketika satu demi satu panglima perang kaum muslimin gugur, timbul sedikit kegentaran pada diri Abdullah bin Rawahah, sahabat mulia yang dikenal ahli sastra. Namun dia tidak ingin terpenjara oleh jebakan setan durjana. Segera dia hentakan jiwanya untuk turun ke arena, seraya bersenandung penuh makna….

Aqsamtu billahi ya nafsu latanzilinnah…….
Latanzilinnah aw latukrahinnah….
Wa qad ajlabannasu wasysyaddu rannah
Maalii araaki takrahiinal jannah…

Aku bersumpah! wahai jiwa, engkau harus turun perang.
Engkau harus turun, atau kalau tidak, engkau akan dipaksa.
Orang-orang sudah turun, perang sengit bergemerincing…
Mengapa ku lihat engkau tidak menyukai surga….?

Tak lama kemudian, Abdullah bin Rawahah sudah termasuk barisan syuhada…..

Ramadan adalah kesempatan emas untuk melakukan berbagai hentakan jiwa menuju takwa, meraih pahala, menanggalkan dosa, berharap mendapatkan kucuran rahmat, ampunan dan surga…… Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Senin, 01 Agustus 2011

Senin, 01 Agustus 2011

Pawai Tahrib Ramadhan 1432 H









Dari sekian banyak acara dan kegiatan menyambut bulan suciramadhan tahun ini akhirnya ada kesempatan juga untuk mengikuti acara ini yangkebetulan kegiatannya di laksanakan pas hari libur kerja. Sehingganya sms pemberitahuannya bisa di jawab dengan semangat 45 “Insya Allah ana hadir ustadz”

Jumat, 29 Juli 2011

Jumat, 29 Juli 2011

Ukhuwah....

Setelah sekian lama bersama dalam majelis ini tibalah masanya sayauntuk merasakan di pisahkan dengan semua sahabat dan saudara-saudaraku yangselama ini semajelis denganku tentu ini bukanlah perpisahan dalam arti kitatidak akan pernah bersilaturahim lagi melainkan hanya sebagai penguatanorganisasi saja yang memang sistemnya dibuat demikian.

Ketika Demokrat Tak Belajar dari PKS

Mengaku salah melihat gambar, kader PKS udah minta maaf. Namun, kader Partai Demokrat (bendahara PD) nggak pernah minta maaf tuh, meski dituding terlibat 3 kasus yang berkali lipat lebih gawat: 1) Suap/korupsi pembangunan gedung olahraga SEA Games; 2) pemerkosaan seorang gadis SPG di Bandung; 3) penganiayaan terhadap sopirnya sendiri.

Kalimat ini jelas membandingkan antara mantan anggota DPR dari PKS, Arifinto dan mantan Bendahara Umum PD, M. Nazaruddin. Arifinto –yang diduga melihat content pornografi di sidang paripurna DPR—hanya dalam hitungan hari segera memutuskan mundur dan meminta maaf. Sedangkan M. Nazaruddin, hingga kini tak juga meminta maaf dan mundur dari DPR meski kasusnya telah ramai dibincangkan dalam dua pekan terakhir. Dan PD pun, melalui Dewan Kehormatannya, hanya “berani” memecat Nazaruddin sebagai bendahara umum; bukan sebagai anggota DPR.

Mengapa dua partai ini memiliki respon berbeda?

Di negeri ini, pejabat mundur karena berbuat salah bak mencari jarum di tumpukan jerami. Bahkan, ada yang berpendapat, mundur masih belum menjadi budaya di Indonesia. Budaya mundur dianggap bukan representasi budaya bangsa Indonesia. Anehnya lagi, ada yang membenturkan budaya mundur dengan falsafah Jawa: tinggal glanggang colong playu (lari dari tanggung jawab).

Beragam alasan biasanya dikemukakan mereka yang terlibat kasus-kasus tak sedap.

“Itu kan baru dugaan, belum ada bukti hukum, jadi tak perlu mundur.”
“Status saya masih tersangka, buat apa mundur.”
“Saya baru akan mundur jika ada keputusan pengadilan yang tetap.”
“Saya kan cuma pembantu presiden. Mundur tidaknya saya tergantung presiden.”
“Mundur sebagai anggota dewan itu ada aturannya, tak bisa tergesa-gesa. Masih banyak yang harus saya kerjakan sebagai wakil rakyat.”

Saat ini, selain Nazaruddin, masih banyak anggota DPR yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, bahkan terdakwa, tapi keukeuh tak mau mundur. Setiap pekan kerjanya bolak-balik pengadilan, bertemu kuasa hukum, dan menyiapkan pembelaan. Tapi tetap saja mereka tanpa malu masih berkantor di DPR sebagai wakil rakyat.

Jepang kerap menjadi contoh terbaik yang disodorkan kepada kita terkait budaya mundur. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang, Seiji Maehara, mengundurkan diri dari jabatannya karena dituduh menerima uang dari orang asing, walau nilainya hanya 50.000 yen, atau sekitar Rp5,3 juta.

“Saya minta maaf kepada rakyat Jepang atas keresahan politik ini,” kata Maehara dalam jumpa pers di Tokyo, Minggu 6 Maret 2011.

April 2010, PM Jepang Yukio Hatoyama yang baru menjabat Perdana Menteri Jepang selama delapan bulan, mengundurkan diri setelah gagal memenuhi janji kampanyenya untuk memindahkan pangkalan militer Amerika Serikat, Futenma, dari Pulau Okinawa. Sebelum Hatoyama, ada Taro Aso, Yasuo Fukuda dan Shinzo Abe yang meletakkan jabatan PM karena merasa gagal menjalankan amanah rakyat.

Mengapa para pejabat kita tak mau mundur? Pertama, karena hilangnya budaya malu. Kita sering melihat para tersangka koruptor masih bisa tersenyum manis di depan kamera. Menyedihkan, bukan?

Kedua, cara pandang terhadap kekuasaan. Bagi mereka yang tak mau mundur, kekuasaan adalah peluang untuk mendapatkan beragam kenikmatan dunia: harta, tahta, wanita, dsb. Dengan berkuasa, semua urusan menjadi mudah; semua lawan bisa dilibas; semua kemewahan bisa didapatkan; semua wanita dapat ditaklukkan. Karena itu, kekuasaan tak boleh dilepaskan meski beragam kesalahan telah dilakukan. Dan mundur tentu saja tak ada dalam kamus mereka.

Berbeda dengan orang yang memandang kekuasaan hanya sebagai alat atau sarana untuk berbuat kemaslahatan bagi masyarakat. Bagi kelompok ini, kekuasaan bukan diletakkan di dalam jiwa, melainkan hanya ada di telapak tangan. Karenanya, jika sudah merasa tak membawa kemaslahatan, mereka akan mundur dengan sukarela.

Budaya mundur sendiri sejatinya inheren (melekat) dengan eksistensi kita sebagai seorang muslim. Islam, agama yang kita anut, dengan indahnya mengajarkan budaya mundur dalam shalat. Seorang imam harus mundur jika batal dan posisinya digantikan oleh orang yang ada di belakangnya.

Sayang memang, budaya mundur masih menjadi barang mewah di negeri yang mayoritas muslim ini. Padahal, sebuah pelajaran moral luar biasa telah ditunjukkan oleh kader PKS, Arifinto. Tapi tak ada anggota dewan dan pemimpin lainnya yang mau belajar dari PKS. Termasuk PD yang saat ini menjadi the rulling party.

Jadi teringat dengan tulisan Zaim Uchrowi: Berani Mundur di Republika, 15 April lalu. Tulis dia dalam artikelnya: Arifinto membuat langkah penting bagi bangsa ini, membiasakan budaya mundur. Hal yang tentu tak lepas dari sikap partainya, PKS. Partai yang dalam beberapa waktu terakhir banyak dihujani cobaan, termasuk pada kasus ini. Namun, lewat mundurnya Arifinto, PKS menunjukkan beda dengan partai lainnya. PKS melakukan hal yang hampir tak mungkin dilakukan partai lain. Dengan segala kekurangannya, partai ini relatif masih paling mengusung moralitas di kancah politik nasional.
Sumber:DetikForum

Kamis, 28 Juli 2011

Kamis, 28 Juli 2011

Kajati Bilang “Korupsi Dikit Tidak Apa-Apa” Pintar-Pintar Atur Ajalah


Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kalimantan Timur Faried Harianto, SH mengatakan, perbuatan korupi yang terbilang tidak besar nilainya tidak perlu dipermasalahkan. Namun, dia mengimbau agar pejabat pintar-pintar bermain dan jangan sampai ketahuan. Demikian diungkapkan Kajati saat melakukan pengarahan tentang “Upaya Pencegahan Korupsi” di hadapan pejabat di lingkungan Pemkab Berau, Selasa (19/7/2011).

“Pejabat harus pintar-pintar, jangan sampai ketahuan. Karena kalau ketahuan siapapun dihukum. Bukan membolehkan, tapi pintar-pintar. Penegak hukum harus bijak, korupsi dikit-dikit tidak apa-apa. Mark up-mark up dikit tidak masalah,” papar Faried bersama Bupati Berau Makmur HAPK di hadapan para pejabat Pemkab Kukar.

Faried juga mengatakan akan melakukan penanganan kasus yang niai korupsinya besar. Acara tersebut juga disaksikan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kabupaten Berau dan jajarannya. Faried juga tida merinci berapa target kasus korupsi dalam tahun ini di Kaltimantan Timur.

“Di tipikor, jaksanya saja ongkosnya ratusan juta, sidangnya di Samarinda. Misalnya Jaksa bolak-balik ke Berau, memeriksa saksi-saksi dan lain-lain, padahal korupsinya Rp 20 juta, jadi negara rugi bukan untung. Makanya cari yang besar jangan yang kecil. Kalau yang kecil banyak mudharatnya daripada manfaatnya, itulah azas manfaat,” katanya.

Pengamat Hukum Agus Amri mengaku prihatin atas pernyataan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kaltim Faried.

Menurutnya, di tengah Negara melakukan perang terhadap koruptor, namun pernyataan Kajati tersebut yang notabene penegak hukum menciutkan semangat anti korupsi tersebut.

“Itu pernyataan yang sangat memalukan dan menyedihkan sekali dari seorang aparat penegak hukum. Ini pernyataan yang ironis di tengah perang Negara melawan Koruptor,” tandas Agus yang juga berprofesi sebagai Pengacara, kepada tribunkaltim.co.id, Selasa (19/7/2011).

Agus menambahkan, pernyataan Kajati tersebut membuat para koruptor semakin leluasa untuk mengelabui jeratan hukum korupsi, misalnya dengan cara melakukan korupsi yang keci-kecil namun skalanya banyak. “Justru dinyatakan oleh aparat penegak hukum yang seharusnya berdiri di garda terdepan melawan korupsi. Pernyataan itu akan semakin membuat para koruptor merasa benar kalo korupsinya sedikit,” tegasnya.

Sebelumnya Kajati Kalimantan Timur Faried Harianto, SH mengatakan, perbuatan korupsi yang terbilang tidak besar nilainya tidak perlu dipermasalahkan. Namun, dia mengimbau agar pejabat pintar-pintar bermain dan jangan sampai ketahuan. Ini diungkapkan Kajati saat melakukan pengarahan tentang “Upaya Pencegahan Korupsi” di hadapan pejabat di lingkungan Pemkab Berau
sumber:kaltimpost

Minggu, 26 Juni 2011

Minggu, 26 Juni 2011


Bertepatan dengan moment perayaan isra mi’raj tahun ini 1432 H ta’mir mesjid Al Muttaqien desa Suaran melangsungkan hajatan sederhana berupa khatamal Quran adik-adik kami yang Alhamdulillah telah menghatamkan baca qurannya. Walaupun acaranya kami kemas sesederhana mungkin tapi paling tidak semua ini tidak mengurangi semangat adik-adik kami yang lainnya untuk lebih giat lagi menyempurnakann bacaannya dan tentu pula adalah diri-diri kami yang sampai saat ini masih sangat jauh dari kata ideal dalam baca quran.

Tausyiah di sampaikan langsung oleh Al Ustadz Asmulyadi Lubis Lc, guru kami yang tercinta dengan gayanya yang khas suara yang lantang dan tausyiah yang sangat mengena dengan kondisi kekinian sangat membuat hati kami menjadi kuat untuk kembali mempelajari Al quran sampai akhir hayat kami.

Semoga keberhasilan untuk adik-adik kami yang telah menghatamkan bacaan Quran –nya tidak hanya sampai disini saja, karena sangatlah merugilah kita ketika hari berlalu tanpa ada tilawah dan taddabur Quran di dalamnya. Sebab bacaan al-Quran adalah merupakan salah satu ibadah yang amat dituntut oleh Islam seperti yang digambarkan sejarah di mana Rasulullah s.a.w. pernah menyuruh Abdullah bin Abbas membaca dan mengkhatamkan al-Quran sekali dalam seminggu. Rasulullah s.a.w. bersabda “Bacalah al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada pembacanya”.

Cukuplah Hadist ini sebagai pemicu semangat kita untuk tidak henti-hentinya mempelajari Al Quran serta mengamalkannya.

Minggu, 19 Juni 2011

Minggu, 19 Juni 2011

'Pembiaran' Kerusakan Jalan: suatu Tindak Kejahatan

Berdasarkan UU Lalu Lintas No. 22 tahun 2009, dalam beberapa pasal terdapat ketentuan yang menarik, misalnya:

1. Pasal 7
Ayat (1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan hukum, dan/atau masyarakat.
Ayat (2) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi masing-masing meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang Jalan;
b. urusan pemerintahan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2. Pasal 24
Ayat (1) Penyelenggara Jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki Jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas.
Ayat (2) Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan Jalan yang rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara Jalan wajib memberi tanda atau rambu pada Jalan yang rusak untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas.

Dari pasal 7 dan 24 di atas, dapat kita simpulkan bahwa kerusakan jalan yang banyak kita lihat itu wajib segera diperbaiki oleh penyelenggara jalan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Paling tidak, apabila belum dapat diperbaiki dalam waktu dekat, mereka wajib menyediakan rambu/tanda pada jalan yang rusak.


Bagaimana sanksinya, bila kewajiban itu tidak dilakukan? Coba kita lihat pasal-pasal lainnya.

3. Pasal 273
(Ayat 1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) sehingga menimbulkan korban luka ringan dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Ayat (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
Ayat (3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).

Satu lagi yang menarik!

4. Pasal 316
Ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 273, Pasal 275 ayat (2), Pasal 277, Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal 312 adalah kejahatan.

Bandingkan isinya dengan ayat (1) pasal yang sama:

Ayat (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 274, Pasal 275 ayat (1), Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal 280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, Pasal 296, Pasal 297, Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal 302, Pasal 303, Pasal 304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308, Pasal 309, dan Pasal 313 adalah pelanggaran.

Jadi ketentuan dalam pasal 273 di atas, bukanlah termasuk golongan pelanggaran, namun lebih berat lagi, tergolong kejahatan.

Oleh karena itu korban (kecelakaan lalu lintas) yang dirugikan karena jalan berlubang, berhak untuk menuntut Pemerintah dalam hal ini instansi terkait penyelenggaraan jalan.

Catatan : ada atau tidaknya tuntutan terhadap tindak pidana ini (Pasal 273) tergantung persetujuan/pengaduan dari yang dirugikan/korban. Jadi, apabila tidak ada laporan/pengaduan dari korban, tuntutan pidana terhadap Penyelenggara Jalan tidak akan pernah dilakukan.

Selasa, 05 April 2011

Selasa, 05 April 2011

Memaknai Hari Jadi


Rasanya jadi pengen menulis tentang makna ulang tahun, hari jadi atau mungkin milad biasanya kita menyebutnya demikian.untuk sebagian kita mungkin ada  yang tidak merayakan ulang tahun karena memang tidak ada hal yang penting dan urgent untuk dirayakan,untuk sampai saat inipun penulis merasa demikian. Tapi dalam beberapa kondisi yang terkondisikan rasanya menjadi sangat tidak berlebihan juga jika di hari jadi itu kita mengevaluasi beberapa hal karena memang terkondisikan misalnya kita yang terbiasa memakai kalender masehi maka segala urusan pekerjaan kita, kita perhitungkan menggunakan kalender masehi ini, maka tak jarang  sebagian kita membuat target pekerjaannya ataupun perjalanan hidupnya  ataupun cita-citanya berdasarkan hari jadinya atau umurnya.

Maka dalam rangka menghitung sisa umur ataupun mengevaluasi segala yang telah di capai ataupu belum menjadi sangat wajar momenya adalah di hari jadi kita, tapi tentu bukan dalam sebuah pesta yang meriah dengan acara tiup lilin atau sebagainya.

Lalu bagaimana ketika perusahan tempat kita bekerja yang merayakan hari jadinya. Yang kebetulan perusahaan tambanga tempat penulis bekerja berulang tahun yang ke 28. Bertambahnya usia sebuah perusahan tentu membawa dampak yang besar terhadap karyawan dan orang di sekitarnya. Semakin bertambah usianya maka semakin bertambah pula targetnya, semakin bertambah pula tantangannya dan seterusnya dan seterusnya. Lantas apa timbal balik bagi kita orang yang bekerja di dalamnya, semuanya berjalan normatif yang diselingi dengan kebijakan tapi bukan tanpa hambatan.

Maka saat ini sebagai karyawan penulis merasakan bahwa perusahan hanya melihat seberapa mampu dia dapat berekspansi kedepannya atau seberapa mampu ia dapat mengeruk hasil bumi ini dengan sebanyak banyaknya dengan waktu yang sesingkat singkatnya. Tapi tentu kita tidak boleh menyalahkannya toh itu semua bukan suatu pelannggaran, hanya yang menjadi sangat penting bagi kita sebagai karyawan adalah berpikir cerdas bahwa kedepannya kita tidak akan selamanya menjadi karyawan yang di gaji bisa jadi karena kita sudah tidak di usia produktif lagi alias pensiun atau kita telah di PHK atau kita telah keluar dengan sendirinya.

Maka menjadi sangat penting bagi kita saat ini adalah mempersiapkan masa itu tiba.

Selasa, 22 Maret 2011

Selasa, 22 Maret 2011

Negara Mafiokrasi

"Dalam negara yang segala lininya telah dikuasai mafia, rakyat harus selalu berusaha untuk menghindari urusan dengan aparat negara."
...

Oleh Mohammad Nasih
Dosen Pascasarjana Ilmu Politik UI, Pengurus Dewan Pakar ICMI Pusat

Baik buruk negara sangat ditentukan oleh siapa yang menjadi penye lenggaranya atau siapa yang mengendalikan para penyelenggara negara itu. Jika para penyelenggara negara dan orang-orang yang berkontribusi kepada berkuasanya para penyelenggara negara itu adalah orang-orang baik, negara bisa menjadi baik, demikian pula sebaliknya. Penyelenggara negara yang baik selalu berusaha agar rakyat mendapatkan kedaulatan. Atau, kalau toh tidak memberikan kedaulatan, tetapi memberikan tujuan hakiki kedaulatan itu, yaitu kemuliaan hidup kepada mereka, baik secara lahir maupun batin.

Dalam konteks untuk memberikan kemuliaan itulah seharusnya negara menjalankan peran optimal. Negara memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan seluruh warga negara karena--sebagaimana dikatakan Roger Henry Soltau--memiliki wewenang dalam mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

Senada dengan Soltau, Harold J Laski mengatakan bahwa negara memiliki kewenangan yang bersifat mengikat dan memaksa warganya. Bahkan, Max Weber lebih tegas lagi dengan mengatakan bahwa negara memonopoli penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Negara bisa melakukan semuanya itu karena didukung oleh berbagai macam aparatus yang memiliki kekuatan represif.

Karena itu, prasyarat untuk membangun negara yang baik adalah adanya aparatur yang baik pula. Lalu, apa jadinya jika struktur-struktur negara dikuasai dan dikendalikan oleh para mafia? Tentu saja, negara yang dikuasai oleh mafia akan menunjukkan realitas yang se baliknya. Dunia hitam dan praktik-praktik yang menghalalkan segala macam cara terjadi di segala lini dan bisa dikatakan tak ada ruang yang disisakan oleh operasi jaringan mafia, "dari hulu sampai hilir".

Di Indonesia, yang namanya mafia peradilan, mafia kepolisian, mafia obat-obatan, mafia pajak dan bea cukai, mafia pendidikan, mafia perbankan, mafia pasar modal, mafia sumber daya alam (hutan, pertambangan, perikanan), mafia tanah, dan lain sebagainya, yang kalau ditulis satu per satu mungkin tidak akan cukup, sudah menjadi berita harian yang kemudian membuat masyarakat kehilangan keterkejutan. Mereka menguasai struktur-struktur negara dengan cara bersekutu dengan sebagian penyelenggara negara, atau bahkan kemudian langsung terjun ke dalamnya.

Demokrasi prosedural yang padat modal dijadikan sebagai pintu utama untuk masuk ke dalamnya dengan berkontribusi kepada para politisi yang sedang berkompetisi dalam pemilu. Yaitu, dengan cara menjadi penyandang dana atau secara langsung ikut memperebutkan kekuasaan yang lebih mudah didapatkan dengan menebar uang kepada rakyat yang terbuai oleh politik uang.

Dengan kekuasaan yang berada dalam kontrol mereka, mereka semakin leluasa melakukan berbagai macam pelanggaran hukum karena semua yang mereka lakukan itu tak terjamah oleh hukum. Bah kan, mereka kemudian bisa mendapatkan legalitas secara hukum. Itulah yang kemudian menyebabkan lembaga penegak hukum justru menghancurkan tatanan hukum karena diisi oleh orang-orang yang sangat mudah disuap oleh para mafia, atau bahkan mafia itu sendiri telah menguasai lembaga peradilan secara langsung.

Negara yang seharusnya merupakan perangkat untuk menginstitusionalisasikan kehendak bersama, kemudian tereduksi menjadi sarana untuk menginstitusionalisasikan kepentingan kaum mafia. Lahirlah negara dengan karakter yang tak hanya menindas, tetapi juga menghisap "darah" rakyat. Dalam banyak film, para mafia biasanya lebih sering digambarkan dengan ak si-aksi kejahatan yang menumpahkan darah secara langsung. Tapi saat ini, para mafia telah memiliki cara baru untuk menumpuk keuntungan material dengan cara yang labih lembut tanpa harus menumpahkan darah, tetapi sesungguhnya memiliki implikasi yang lebih dahsyat.

Para mafioso mengoptimalkan diri dalam menyabot harta kekayaan negara yang seharusnya digunakan oleh sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan negara itu, justru digunakan oleh mafia penyelenggara negara untuk memperkaya diri mereka. Itulah sebab, walaupun negeri ini memiliki berbagai kekayaan yang melimpah, tetapi kekayaan tersebut tidak akan menyebab kan kesejahteraan rakyat. Kekayaan tersebut hanya akan dinikmati oleh kalangan elite penguasa yang jumlahnya sangat terbatas.

Dan, setiap ada klaim pertumbuhan ekonomi, sesungguhnya itu hanya terjadi di kalangan yang sangat terbatas tanpa mengurangi jumlah warga negara yang sebelumnya mengalami kemiskinan absolut. Bahkan bisa jadi, pertumbuhan ekonomi terjadi bersamaan dengan peningkatan jumlah warga negara yang mengalami kemiskinan absolut.

Mafia sekarang ini telah melakukan kerjanya secara terorganisasi dan rapi, bukan lagi orang per orang. Mereka telah membangun jaringan yang rapi. Karena telah tersistematisasi itu, para mafia dapat mengarahkan segalanya sesuai dengan yang mereka inginkan. Inilah yang menyebabkan hukum tak dapat lagi ditegakkan dan terjadi berbagai pelanggaran yang tak tersentuh hukum.

"Walaupun langit runtuh, hukum harus tetap ditegakkan atas para pelaku kejahatan" sekadar menjadi slogan yang tak bisa dilihat realisasinya. Yang terjadi adalah sebaliknya, hukum dijadikan sebagai alat untuk meruntuhkan kedaulatan rakyat melalui proses-proses pembuatan kebijakan yang legal dan menjadi dasar legal bagi kedaulatan para mafia (mafikorasi). Kelihatan kontradiktif dalam logika hukum, tetapi itulah sesungguhnya yang terjadi.

Dalam negara yang segala lininya telah dikuasai mafia, rakyat harus selalu berusaha untuk menghindari urusan dengan aparat negara. Sebab, berurusan dengan aparat negara hanya akan menambah beban yang ditanggung menjadi semakin berat.

Sudah menjadi semacam pameo, jika kita kehilangan kambing, tak usahlah melaporkan kehilangan itu karena justru akan kehilangan sapi sebagai biaya mengurusnya dengan hasil yang tidak jelas. Dan, yang lebih baik rakyat membiasakan diri hidup tanpa negara. Wallahu a'lam bi al-shawab.

*sumber: Republika (22/3/11)

Kamis, 10 Februari 2011

Kamis, 10 Februari 2011

Toleransi

Lagi-lagi kita sebagai umat islam harus mengelus dada, Toleransi dan rasa kebersamaan kita di pertanyakan akibat dua kejadian berturut-turut yaitu di ciukesik Banten dan Temanggung dan harus kita akui itu hilang dari sebagian kita karena pelakunya adalah umat “islam”. Dua kejadian itu menambah deretan sekian banyak peristiwa yang harus diakui bahwa itu adalah tindakan yang anarkis dan tidak di perbolehkan dalam Islam yang saya pahami. Tapi haruskah semua rentetan kejadian-kejadian selama ini harus kita bebankan kepada Umat islam lalu mencapnya sebagai orang yang tidak mempunyai toleransi. Sungguh suatu hal naïf dan tidak adil jika demikain. Walaupun ini bukan pernyataan pembenar  atas tindakan anarkisnya. Karena sesungguhnya semua kejadian yang terjadi selama ini hanyalah merupakan akumulasi kekesalan sebagian umat Islam yang agamanya terus dihina dan dilecehkan sudah cukup   beban perasaan itu dipikul oleh umat Islam selama ini yang selalu saja di rongrong oleh pihak yang tidak suka dengan  Islam.

Berbagai cara dilakukan agar kesan beringas dan anarkis itu dilakukan dari mengajukan gugatan ke MK menyoal pasal penistaan agama yang di tolak, sampai tayangan media yang rasanya cukup tidak adil dan berimbang, sebuah tanyangan diskusi yang menghadirkan para pengacara itu memperlihatkan betapa kita umat islam dipojokkan tapi kalau ada dari agama lain yang berbuat sama maka bahasanya adalah oknum, seorang anggota dewan yang terhormat sampai-sampai harus mempersoalkan para ulama yang berpolitik sehingga katanya mengabaikan umatnya lantas membuat kita bertanya apakah semua ulama yang ada di DPR itu berasal dari ciukesik atau temanggung sehingga ia lupa akan dakwahnya ataukah beliau itu berpikir dakwah itu hanya sekedar ceramah saja di mesjid-mesjid atau taklim-taklim. Padahal DPR sendiri perlu di “dakwahi” karena sering menilep uang rakyat yang pada akhirnya sama membunuh rakyat.Tapi setelah membaca nama dan dan asal fraksinya saya menjadi mahfum dengan perkataannya karena beliau berasal dari partai yang cukup banyak bermasalah  dengan kasus korupsi dan asusilah maka kita mahfum saja atas ketidaksukaannya ada ulama di DPR karena takut di “dakwahi”  yang berakibat hilang kesenangannya selama ini.

Pernyataan anggota dewan yang lain sebagai pembenar kegamangan mbahnya yang tidak mau tegas membubarkan ahmadiyah  mengatakan bahwa didalam agamanya tuhan tidak perlu dibela karena tuhan adalah pembelanya, membuat kita juga harus mahfum karena ajaran tuhannya mengatakan kalau kamu ditampar pipi kirimu maka berikanlah pipi kananmu, nah loh…. Ada yang pernah berbuat demikian???  Maka atas dasar karena tuhan tak perlu dibela maka beliau dengan umatnya mau seenak udelnya melecehkan agama orang seperti  yang terjadi di temanggung, alor, malang dan beberapa tempat lainnya.

Belum lagi hostnya yang mempertanyakan ayat alquran surat Al kafirun, Untukmu agamamu dan Untukku agamaku kemudian melempar pernyataan lantas mengapa masih ada kekerasan kepada ahmadiyah, maka kita menjadi bingung sejak kapan ahmadiyah itu menjadi sebuah agama yang ada ahmadiyah mendompleng Islam kemudian menafsirkan alquran dan hadis seenak jidatnya, mengakui mbah ghulam sebagai nabinya padahal belum ada sejarah sebelumnya ada sebuah agama dengan 2 nabi semua hanya untuk kepentingannya, lantas karena terpojok kemudian mengalihkannya ke peristiwa temanggung tapi lagi-lagi kita harus melongo bingung apa hubungannya mempersilahkan menjalankan dan mengakui eksistensi sebuah agama yang tercermin dalam surat Al Kafirun ayat ke 6 itu dengan ketidakpuasan beberapa orang atas keputusan hakim menjatuhkan hukuman 5 tahun kepada orang yang telah menghina dan melecehkan agama orang dengan berbuat kerusakan,buset dah cara berpikiirnya lugu banget gitu loh.

Tidak hanya sampai disitu masih ada lagi anggota dewan yang terus menekankan aspek dialog dengan ahmadiyah seakan tidak pernah belajar akan sejarah panjang  ahmadiyah di Indonesia. Alih alih mematuhi SKB 3 mentri yang nota bene bukan mereka yang membuatnya, Tapi mematuhi 12 butir kesepakatan yang telah disetujuinya saja tidak mau, yang mengakibatkan ketidakpuasan umat islam sampai saat ini lantas jalan damai macam apalagi yang mau  di tempuh.apa harus berdamai saja kemudian menerimah ahmadiyah apaadanya kalau memang maunya seperti itu masih banyak umat islam yang lebih senang hidup di penjara sebagai bukti kecintaannya kepada agamanya.

Belum lagi para pengusung kebebasan itu selalu mati-matian membela Ahmadiyah dengan meneriakkan kebebasan berkeyakinan yang harus  di lindungi oleh Bangsa dan Negara tapi ketika ditanya tentang keyakinan umat Islam yang sedang di lecehkan dengan entengnya mereka berpendapat bahwa umat islam harus berbesar hati menerima perbedaan, seperti orang yang amnesia, ia lupa bahwa kebebasan berkeyakinan itu tidak boleh melecehkan agama mainstream yang sudah ada, maka janganlah bingung kalo ke sekian LSM pengusung kebebasan berkeyakinan itu gugatannya tentang undang-undang penistaan agama  itu di tolak oleh MK. 

Maka hanya ada 2 pilihan buat ahmadiyah kembali kepada Islam dengan perpedoman kepada al quran dan sunnah atau keluar dari Islam secara keseluruhan dengan membuat agama baru serta tidak menampilkan atribut dan simbol keislaman,maka akan berlaku bagimu agamamu dan bagiku agamaku dan buat pemerintah hanya satu memfasilitasi dua opsi di atas, jika salah satunya di terima oleh ahmadiyah tapi bila keduanya di tolak maka pemerintah harus siap untuk membubarkan ahmadiyah dan mencapnya sebagai organisasi terlarang dengan dasar keputusan MK karena jelas-jelas penodaan agama telah terjadi.

Lantas bagaimana dengan perilaku anarkis, rasanya kita semua akan sepakat kalau dibawa keranah hukum toh dari sekian banyak agama yang ada melarang kita untuk merusak apalagi membunuh terlebih lagi Islam membunuh hanya di perbolehkan ketika kita terancam nyawanya atau dalam keadaan perang itupun harus dengan ketentuan tidak boleh membunuh wanita dan anak-anak orang tua jompo, tidak di perkenankan merusak rumah ibadah dan menebang pohon. Dan semua itu tercatat dengan sejarah tinta emas sebagai panutan umat islam.

Tapi tentu dengan catatan bisa kah tidak membangunkan singa yang lagi tidur dengan cara seperti di temanggung dan tempat yang lain.

Rabu, 02 Februari 2011

Rabu, 02 Februari 2011

Training Motivasi Diri


Setelah beberapa hari fakum karena kesibukan yang begitu banyak akhirnya kesampaian juga untuk mengabarkan kegiatan yang baru saja dilaksanakan beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 30 januari 2011 bertempat di gedung dewan kab.Berau yang dihadiri sekitar 650 warga dari Tanjung Redeb dan sekitarnya yaitu Training Motivasi Diri dengan teman Metamorfosa Menuju Pribadi Islami.

Daurah yang terselenggara berkat usaha dari Yayasan As-Showah Al Islamiyah sebuah Yayasan pendidikan dan sosial Islam yang kali ini mengundang langsung Ust.Dedi Martoni dari Jakarta seorang Motifator yang begitu berpengalaman dengan seabrek kegiatannya di bidang pendidikan dan sosial.

Acara di pandu oleh akh Herman dan Safrudin selanjutnya dibuka dengan siraman kalbu yaitu pembacaan al Quran yang begitu merdu oleh al akhi Rahman yang membacakan surat Ali Imran 1-10. Yang di ikuti dengan kata sambutan oleh Al Ustadz  Drs Najamudin Lc selaku ketua Yayasan As Showah Al Islamiyah, yang pada penyampainyan mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan mendalam kepada Ust. Dedi Martoni atas kesediaan beliau hadir di Berau ini beliau mengungkapkan bahwa dari pertemuan beberapa hari ini ternyata Ust. Dedi memang seorang ustadz yang Khabir bukan saja karena memang postur beliau yang tinggi dan besar tapi juga karena pemikiran beliau yang begitu luas dan beliau juga sangat berharap semoga dengan kesempatan beberapa hari ini kita bisa mengambil ilmu yang begitu bermanfaat dari beliau.

Dalam kesempatan itu pula beliau menyampaikan bahwa Yasasan yang telah lama hadir di kab. Berau ini telah banyak mengadakan kegiatan- Kegiatan yang bersifat Sosial dengan mengadakan daurah-daurah dan kegiatan sosial lainnya tentu semua ini bermuara pada satu kata yaitu meembina masyarkat berau menuju pribadi yang qurani. Selanjutnya rangkaian sambutan di tutup dengan doa oleh al ust. Zul Amri.

Rangkaian Materi Training dimulai dengan epilog yang di sampaikan oleh akh Safrudin yang sesekali dibungkus dengan banyolan-banyolannya yang sudah sangat terkenal di kalangan ikhwah yang lain mungkin karena dulu sebelum ngajar lama merumput bareng sule di ovj, (he he he afwan akh). Tema materi traning lebih banyak mengarah kepada keadaan kaum muslimin secara umum dan yang di Indonesia secara khusus dimana bisa kita lihat sangat jauh dari nilai-nilai islam yang di akibatkan adanya gasawul fikr atau perang pemikiran yang dilancarkar bangsa barat kepada dunia Islam tentu dengan trik-trik untuk menghadapinya acara di selingi dengan video-video yang selalu memotifasi serta membuka wawasan berpikir kita dan beberapa game ringan yang membuat kita tetap semangat.acara traning ditutup dengan renungan yang di sampaikan langsung oleh Ust. Dedi yang membuat suasana begitu hening dan taklama kemudian muncul suara isak-isakan, rupanya ada yang tak sanggup menahan airmatanya.

Setelah penyampaian materi training telah selesai  rangkaiaan acara keseluruhan ditutup Al Ustadz Asmulyadi Lubis Lc,MA selaku Ketua Panitia pelaksana. Ustadz luwes dengan wawasan yang luar biasa ini lulusan Sudan dan Al Ahzar Mesir sekaligus juga kandidat doctor di bidang yang sama yaitu Ushul Fiqh. Oleh karena itu sebuah kebanggaan kita sebagai masyarakat Berau beliau bisa hadir dengan segudang Ilmu di tengah-tengah kita terlebih saya pribadi yang bisa belajar langsung dari beliau. Dalam penyampaiannya beliau menyampaikan bahwa training ini adalah tahap awal dalam sebuah proses menuju pribadi yang Islami dan selanjutnya akan masih ada lagi kegiatan-kegitan serupa dengan jadwal yang akan di sesuaikan dengan kondisi pribadi kita bisa kegiatan bulanan atau mingguan di samping kegiatan yang sudah ada yaitu pembahasan tafsir, sirah atau ushul fiqih yang telah lama berjalan.

Belajar adalah sebuah kata yang pemaknaanya adalah proses tapi uniknya proses itu tidak akan ada hentinya karena sampai kapanpun belajar akan tetap menjadi kebutuhan terlebih lagi belajar memahhami agama kita ini sebagai bekal kita menghadap Allah Swt, Rabb Seluruh alam semesta.

Minggu, 23 Januari 2011

Minggu, 23 Januari 2011

Biodata Iblis

Perlawanan kita dengan iblis laknatullah ‘alaihi sungguh takkan pernah berakhir sampai hari akhir itu tiba sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Dan tentu pula akan sangat banyak strategi dari iblis untuk melawan  kita sehingga terkadang kita linglung untuk membedakan  mana yang hak dan mana yang bathil.

Sebabnya sebagai langkah  awal kita mengkounter serangan-serangan iblis ada baiknya kita tahu lebih dahulu biodata iblis.yang coba saya ambil dari buku karangan Wahid Abdus Salam Bali.

Nama : Iblis
Gelar : Laknatullah ‘Alaihi (semoga Allah melaknatnya)
Lahir : Sebelum diciptakan manusia
Tempat tinggal : Toilet dan rumah yang tidak disebut nama Allah ketika memasukinya

Singgasana : Di atas air
Rumah masa depan : Neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat tinggal
Agama : Kafir
Jabatan : Pimpinan Umum orang-orang yang dimurkai Allah dan sesat
Masa Jabatan : Hingga hari Kiamat
Karyawan : Setan jin dan setan manusia
Partner dalam bekerja : Orang yang diam dari kebenaran
Agen : Dukun dan paranormal
Musuh : kaum muslimin
Kekasih di dunia : Wanita yang hobi telanjang dan pamer aurat
Keluarga : Para thaghut
Cita-cita : Ingin membuat semua manusia kafir
Motto : Kemunafikan adalah akhlak yang paling utama
 
Hobi : Menyesatkan manusia dan menjerumuskan  ke dalam dosa
Lukisan kesayangan : Tato
Mata pencaharian : Mencari harta yang haram
Makanan favorit : Bangkai manusia (ghibah)
Tempat favorit : Tempat-tempat najis dan tempat maksiat
Tempat yang dibenci : Majlis ilmu dan temat-tempat ketaatan
Alat komunikasi : ghibah (menggunjing), namimah (adu domba) , dan dusta

Jurus Andalan :
1.    Memoles kebathilan
2.    Menamakan Maksiat dengan nama yang indah
3.    Menamakan Ketaatan dengan nama yang tidak disukai
4.    Masuk melalui pintu yang disukai manusia
5.    Menyesatkan manusia secara bertahap
6.    Menghalang-halangi manusia dari kebenaran
7.    Berlagak sebagai penasihat

Kelemahan :
1.    Tidak berkutik di hadapan orang yang ikhlas
2.    kewalahan menghadapi orang yang berilmu
3.    Lari dari suara adzan
4.    Lari dari rumah yang dibacakan al-Baqarah
5.    Menyingkir dari orang yang berdzikir kepada Allah
6.    Menangis ketika melihat orang bersujud kepada Alla

“Wiqayatul Insan minal Jin wasy Syayaathin”, karya Wahid Abdus Salam Bali, Oleh : Abu Umar Abdillah

Sabtu, 22 Januari 2011

Sabtu, 22 Januari 2011

Berinteraksi dengan Al Quran

Sebagai umat Islam kita wajib berbesar hati bahwa Allah Swt telah memuliakan kita dengan menganugrahkan kepada kita kitab suci terbaik sekaligus mengutus nabi terbaik yang pernah ada kepada umat manusiadi muka bumi ini.

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (Al Anbiyaa: 10).

Kemulian adalah adalah akibat yang akan kita peroleh apabila kita bisa berinteraksi dengan baik kepada  Al quran ini adalah penegasan yang disampaikan Allah Swt dalam Surat Al Anbiya diatas.Tapi berinteraksi yang dimaksud bukanlah sekedar membaca saja tanpa mengerti maksud dan tujuannya walaupun demikian masih tetap berpahala disisi Allah Swt yang Maha Pemurah.

Rentetan sejarah telah memperlihatkan betapa orang-orang yang begitu total berinteraksi dengan Al quran telah melahirkan keajaiban-keajaiban yang ia bisa dapatkan dari sebuah sumber yang auntentik dari langit yaitu Al quran. Dari cerita Ashabul Kahfi didalam Al quran seorang pemuda di Andalusia bisa menguraikan teori relatifitasnya Albert Einten  ataukah seorang ilmuan muslim asal mesir yang dapat menguraikan kecepatan cahaya setelah memperdalam kisah Isra mi’raj nya nabi Muhammad Saw.

Ini hanya sepenggal cerita tentang orang-orang yang sukses berinteraksi dengan baik kepada Al quran dan tidak menutup kemungkinan masih banyak lagi keajaiban-keajaiban  yang akan kita peroleh ketika kita bisa memaksimalkan berinteraksi  dengan Al quran.

Yang terpenting dalam berinterksi dengan Al Quran adalah kita bisa membacanya, tentu ini menjadi hal yang sangat mutlak bagaimana mungkin kita bisa berinteraksi dengan Al Quran kalau tanpa bisa membacanya ini sebuah proses yang panjang dan rumit betapa tidak bahasa arab yang di pakai Al Quran pada waktu itu merupakan  sebuah bahasa yang memiliki tata bahasa yang sangat unik dan sempurna, sehingganya tak heran sering kita mendengarkan guru-guru kita dulu mengatakan salah baca mad panjang dan pendek bisa merusak arti apalagi kalau sampai salah pengucapan hurufnya, bisa lebih parah lagi. Tapi bersyukurlah karena membaca dengan terbata-bata saja bisa mendapat satu pahala.Subhanalllah..

Kemudian tahu dan mengerti arti maksud dan tujuaannya. Sebagai orang yang dilahirkan tidak mengerti bahasa Arab tentu ini menjadi masalah betapa kita menjadi orang yang biasa-biasa saja ketika kita mendengarkan lantunan kata-kata Allah ini atau pada saat kita sholat bisa jadi kita susah menjadi khusu karena tidak mengerti apa yang sedang di baca oleh Imam, sehingga mengerti arti dan maksud sebuah ayat dalam Alquran menjadi sangat penting sekali dan terlebih lagi mengerti asbabun nuzul sebuah ayat atau sebab-sebab turunnya sebuah ayat.

Dan yang ta’kala penting adalah mengamalkan alquran dalam kehidupan sehari-hari kita sehingga kita laksana Al Quran yang berjalan di muka bumi ini.Amin Ya Rabb.

Disadur separuhnya dari tausyiah pekanan by : Ust ZulAmri

Senin, 10 Januari 2011

Senin, 10 Januari 2011

Selamat Tinggal

Apabila tiba masa yang telah di takdirkan maka perpisahan akan menjadi sebuah keniscayaan, bukankah di setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan perpisaahan yang abadi adalah ketika kita kembali menghadap Rabb Robbul alamin,Allah Swt.

Di tempat ini dua tahun yang lalu aku dan keluarga kecilku memulai karir sebagai sebuah keluarga yang harus belajar mandiri dan bersosial dengan orang lain mengumpul batu lalu menyusunnya menjadi pondasi rumah tangga sekaligus bermasyarakat. Menyusun bata hingga menjadi dinding kemudian menghiasinya dengan sikap dan prilaku. Dan Alhamdulillah jadilah kita sebuah keluarga kecil yang mempunyai tempat di hati orang-orang disekitar kita. Mereka telah ku anggap sebagai keluarga karena merekalah yang selalu ada ketika ku perlukan.Mereka punya tempat di hatiku dan aku pun punya tempat di hati mereka. Kuanggap ini sebuah kesuksesan ketika kita merasa saling kehilangan ketika tidak bersama lagi

Tapi kini tibalah waktunya untuk mengakhiri semuanya dengan perpisahan, sebuah keniscayaan dalam hidup ini bahwa setiap pertemuan akan berujung pada perpisahan tapi selama perpisahan hanya sebatas waktu dan jarak maka masih ada peluang untuk membuatnya indah.

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan - seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.
By: kahlil Gibran

Minggu, 09 Januari 2011

Minggu, 09 Januari 2011

Ta'mir Al Muttaqien Periode II

Setelah sekian lama tertunda dikarenakan sekian hal.akhirnya sempat juga mengabarkan tentang perubahan kepengurusan ta’mir mesjid di desa suaran. Yang rapat umumnya dilaksanakan tanggal 3 januari lalu atau bertepatan dengan tanggal 28 Muharram 

Sebenarnya tanpa ta’mir sebuah mesjid masih bisa beroperasi dan masih bisa berfungsi sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt. Tapi dalam kondisi kekinian terlihat betul bahwa urgensi sebuah ta’mir itu sangat besar dan sangat mutlak berada dalam sebuah mesjid, sebab keberadaan ta’mir jelas sangat berbeda dengat marbot ( istilah orang dulu kepada orang yang bertugas membersihkan mesjid dan kelengkapan lainnya). Ta’mir dalam kondisi kekinian bukan saja sebagai pengatur segala kegiatan peribadatan di dalam sebuah mesjid tapi lebih dari itu ta’mir juga berfungsi untuk mengatur segala kegiatan sehingga bernuansa yang islami bagi jama’ahnya baik itu kegiatan social maupun pendidikan terlebih lagi dalam masalah peribadatan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Walaupun belum bisa menerapkan fungsi sebuah mesjid seperti pada jaman Rasulullah sebagi pusat seluruh kegiatan tapi semaksimal mungkin sebuah ta’mir berupaya menumbuhkan tampilan yang islami dalam setiap kegiatan muamalahnya.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

(QS 61:4, Ash Shaff)

Berbekal ayat di atas maka terbentuklah kepengurusan mesjid Al Muttaqien Periode ke II dalam Rapat Umum Jama’ah beberapa waktu yang lalu, dengan kepengurusan selengkapnya adalah sebagai berikut.
Ketua
: Muhammad Arifin
Wk. Ketua
: Taufiq
Sekretaris
: Herman Al Khair


Bendahara
: Iswedi




Bidang Peribadatan
: Yasin Sumarsono
Bidang Pendidikan
: Jamiah
Bidang PHBI & Sos.
: M Bahri
Bidang Pembangunan
: Anto
Imam
: Muhammad Nur
Petugas Kebersihan
: Sade

Sabtu, 08 Januari 2011

Sabtu, 08 Januari 2011

Penyakit Hati

Hampir setiap orang bisa menderita penyakit hasad dan dengki ini, cuma bedanya banyak atau sedikit, bertindak atau tidak. Dalam sebuah hadis disebutkan tentang enam golongan manusia yang dicampakkan ke dalam neraka, satu diantaranya adalah orang atau ulama yang di dalam hatinya terdapat hasad dengki.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : “sesungguhnya hasad dengki itu memakan kebaikan sepertimana api memakan kayu bakar”

Orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit hasad dengki ini, hidupnya tidak akan pernah bahagia, jiwanya senantiasa menderita dan tersiksa. Hatinya selalu tersiksa jika melihat orang lain lebih dari dirinya atau mendapat nikmat serta kejayaan. Dan sebaliknya dia akan bergembira bila orang lain susah dan gagal.
Maka dari itu, hasad dengki inilah penyakit kronis yang merusak perpaduan dan ukhuwah. Akan timbul di dalam masyarakat fitnah memfitnah, dendam mendendam, buruk sangka,mengumpat, mengadu domba, dan dosa-dosa lain yang akan menghapuskan segala kebaikan.
Seseorang yang melayani sifat hasad dengkinya, maka pada hakikatnya dia adalah orang yang paling biadab dengan Allah, sebab secara tidak langsung dia benci kepada Allah, dia tidak redha pada apa yang Allah telah berikan kepada orang lain serta kepada dirinya.Sekalipun ibadahnya banyak, tahajudnya banyak dan shalatnya banyak.

Dalam sebuah kisah para Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, terjemahannya : “ wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita yang berpuasa siang hari dan shalat tahajud di malam harinya, tetapi selalu menyakiti tetangganya dengan lidahnya”. Jawab baginda Rasulullah SAW : “ Tidak ada kebaikan lagi baginya, ia adalah ahli neraka”.

Kemudian dalam sebuah kisah yang lain menyebutkan, ketika Rasulullah berkumpul bersama para Sahabatnya, tiba-tia baginda berkata, “ wahai para sahabatku, sesaat lagi dalam majelis ini akan datang seorang pemuda ahli syurga”. Para Sahabat pun penasaran, siapa yang akan datang ke dalam majelis tersebut, yang Rasulullah sendiri menyebutnya sebagai pemuda ahli Syurga. Maka tak lama setelah itu datanglah Sa’ad bin Abi Waqash ke dalam majelis itu. Rupanya beliaulah yang disebut Rasulullah sebagai Ahli Syurga tersebut. Lantas para sahabatpun sangat “cemburu”, bereka ingin tahu kenapa si pemuda ini disebut sebagai ahli syurga, apa yang menjadi amal ibadahnya sehingga ia layak untuk disebut ahli Syurga oleh Rasulullah?

Maka selepas majelis itu, ada sahabat yang berinisiatif untuk melihat secara dekat si pemuda tadi, akhirnya sahabat ini mengikuti si pemuda sampai rumah. Kemudian sahabat ini meminta izin kepada si pemuda untuk menginap di rumahnya. Maka di izinkanlah sahabat ini menginap.
Tetapi ajaib, sepanjang hari dan sepanjang malam si sahabat ini mengamati si pemuda, ternyata tidak ada ibadah yang istimewa pada diri si pemuda. Dia hanya beribadah yang wajib-wajib saja, malam hari pun si pemuda ini tidak bangun untuk shalat malam. Maka bertambah penasaranlah si sahabat, lantas bertanya, wahai saudaraku, engkau disebut oleh baginda Rasulullah sebagai pemuda ahli Syurga, tetapi aku lihat tidak ada yang istimewa pada amal ibadahmu, bolehkah aku tahu rahasia engkau?”
Si Pemuda terkejut mendengar pertanyaan dari si sahabat, lantas merenung dan menjawab, “mungkin yang menjadikan aku disebut ahli Syurga oleh Rasulullah adalah bahwa hatiku tidak pernah sedikitpun hasad dengki dengan orang lain, bahkan niat untuk hasad dengki pun aku tidak punya”

Orang yang ibadahnya banyak pun masuk neraka karena hasad dengki, apalagi yang tidak pernah tahajud, tidak pernah puasa sunat dan masih bergelimang dengan hasad dengki. Kalau bentul kita beriman kepada Allah, marilah kita insyaf akan penyakit-penyakit hati kita dan memperbaiki dengan cara mujahadatun nafsi atau bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang jahat.

Dikutip dari tausyiah pekanan Ust.Asmulyadi Lubis Lc.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates