Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Senin, 14 November 2011

Senin, 14 November 2011

Jamaah Kita



Dalam sebuah pertemuan dengan keluarga, istri saya sempat ditanya oleh keluarga yang lain tentang kegiatan saya yang katanya aktif di pengajian “PKS”, saat itu kebetulan topic hangat pembicaraan ibu ibu adalah mengenai  berbagai macam kelompok pengajian yang ada di Tanjung Redeb ini. Kayaknya Ini semata bukan karena bergesernya kebiasaan mereka membicarakan yang lagi hangat di infotaiment tetapi lebih karena pada hari itu persiapan seorang keluarga  yang akan menikah dengan seorang wanita yang katanya berjilbab besar dan bercadar .Yang  tentu ini merupakan pemandangan yang tidak lazim bagi sebagian mereka.

Dalam kesempatan itu istri  sudah mencoba untuk menggiring cara berpikir para ibu ibu bahwa islam tidak boleh dipandang sesempit mana orang tersebut mengikuti sebuah pengajian,  sebap kecendrungan dan kebiasaan kita adalah melihat kekurangan orang ataupun jamaah padahal islam itu medan amalnya sangat luas.Terlepas dari mengikuti pengajian akan membentengi kita dan keluarga kita tentu dengan ilmunya bukan pengajiannya dan mencari ilmu itu wajib hukumnya apalagi ilmu agama. seorang sahabat Khaliq bin Walid begitu terkenal dengan strategi perangnya berapa banyak pertempuran yang telah dimenanginya sehingga ia di juluki Si pedang Allah tapi jangan ditanya berapa banyak hapalannya karena ia seorang yang rendah hapalannya maka ladang amal utamanya bukan dihapalannya itu. Dalam Sebuah jamaah pun demikian bisa jadi setiap jamaah memiliki suatu kelebihan dan itu yang paling sering ia tonjolkan, tetapi celakanya kita sebagai penontong lebih cenderung melihat, mengungkit dan mengumbar kekurangannya dan lebih celakanya lagi tidak jarang yang melakukan itu adalah para jamaah itu sendiri terhadap saudaranya di jamaah lain sehingga yang muncul adalah penyakit fanatisme yang tak berdasar , lantas apakah fanatisme itu tidak boleh. Menurut penulis pribadi fanastime dalam islam itu harus dan sangat penting sebab dengan fanatisme itu sendiri  hati kita akan cenderung untuk terus mau memahami Islam  itu sendiri tentu ini akan menggiring kita kedalam pemahaman islam yang secara keseluruhan sesuai perintah Allah didalam Al Quran Surah Al-Baqarah ayat 208.

Ketika ini menjadi akhir dari sebuah fanatisme kita maka Insya akan kita akan lihat Islam itu menjadi Rahmat bagi seluruh alam, tidak akan lagi kita lihat seorang yang bangga dengan pengajian yang dia ikuti atau seorang yang sibuk menghujat jamaah yang lain. Karena semuanya telah  mempunyai hujjahnya masing masing  dan rasulullah telah mencontohkan bagaimana hidup dengan orang lain ga usah jauh jauh mikirin sesame muslim yang jelas harus kita jaga kehormatannya bahkan seorang yahudi yang setiap hari mencaci makinya pun masih ia sempat ia santuni sampai sampai yahudi tua itupun tahu bahwa makanan yang di sodorkan Abu bakar bukan dari  orang yang biasanya karena ia buta. Lalu berdiri dimanakah dia jikalau ada jamaah yang selalu merasa diri paling afdhol dimata Allah. semua telah di atur hubungan kita dengan makhulk hidup di muka bumi ini.so masih kah kita ingin menepuk dada kita dengan berkata jamaahkulah yang paling nyunnah.

Perbedaan Pendapat

Terkotak kotaknya kita dalam beberapa jamaah tidak lepas dari perbedaan pendapat kita menanggapi suatu masalah bahkan semua permasalahannya terletak pada perbedaan pendapat lantas apakah dengan berbedanya pendapat kita, kita akan mengatakan kepada jamaah lain luw  gue end. Sesungguhnya perbedaan pendapat sebuah hal yang lumrah siapa dimuka bumi ini yang tidak pernah berbeda pendapat. Sahabat dengan Rasulullah saja pernah berbeda pendapat sehingga sahabat pun harus memastikan itu wahyu atau pendapat pribadi dari nabi dan ternyata hanya pendapat pribadi dari nabi maka pendapat sahabat yang kemudian dipakai, kemudian  perbedaan pendapat nabi dengan nabi, malaikat dengan malaikat di kisah orang yang membunuh 99 orang kemudian menggenapkan 100 ketika rahib itu tidak menunjukan jalan taubatnya dan rupanya malaikat sendiri pernah berbeda pendapat dengan Allah ketika Allah menunjuk Manusia sebagia khalifah di muka bumi ini.

Hari ini kita para jamaah yang ada harus belajar dari orang2 yahudi kata nabi ilmu itu dimana aja boleh diambil mereka itu bukan tidak pernah berbeda pendapat tapi ketika berbicara tentang Negara Israel raya di atas tanah rampasan saudara saudara kita di Pelestine maka mereka akan kompak satu suara dimanapun mereka berada maka jangan heran dari segi financial mereka sangat kuat.

Sekarang maukah kita seperti para yahudi itu walaupun berbeda pendapat tetap mau berdiri bersama merumuskan Negara yang sesuai Tuntunan Allah dan Rasullnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates