Malam baru saja kembali ke peraduannya, tiba tiba saja bunyi gemericik air hujan turun bersahut sahutan seakan sedang berlomba menjadi juara yang pertama menyentuh bumi, disudut rumah yang sebagian tiang tiangnya masih berdiri sendiri sesekali kupandangi air yang mengalir di samping pondasi rumahku yang belum jadi ini.
Akhhhh rasanya lebih nyaman kalau malam ini aku hanya tidur-tiduran dikamar dengan selimut tebal diiringi alunan musik lagu-lagu bugis tempo dulu yang senantiasa mengajarkan kesederhanaan dan semangat bekerja keras atau kah ditemani oleh murottal quran yang baru saja ku download dari situs al sofwah atau kah ditemani si kecil yang setiap hari selalu saja bertambah pengetahuannya yang membuat hati ini selalu saja ingin cepat-cepat pulang ketika berada ditempat kerja. Rasa rasanya banyak juga kegiatan yang bisa membawa keberkahan walaupun harus dirumah saja semalaman.
Hari ini adalah hari kamis aku baru saja sampai dirumah ketika hujan menyapa bumi dengan bahasa yang Tuhan anugrahkan kepadanya, kulihat jam tanganku waktunya tepat mengingatkan agar aku segera mandi untuk melepaskan segala penat yang ada dan menggantinya dengan sebuah kesejukan dan kenikmatan sembari menunggu waktu isya yang tinggal beberapa menit lagi rasanya inilah kegiatannku yang tidak pernah ada habisnya perasaanku setiap hari kerja gilir siang pasti seperti itu. sebagai pekerja tambang setiap pagi jam enam aku sudah harus siap berangkat kerja, malam harinya jam tujuh malam baru sampai kerumah. sebuah jadwal kerja yang sangat tidak biasa jika harus di bandingkan dengan tetangga yang seorang guru ataupun pegawai negri itu, setiap pagi mereka masih sempat berolahraga setelah subuhan ataupun waktu setelah bekerjanya masih sangat luang untuk ia sisihkan buat keluarganya, tapi aku selalu punya resep bahwa inilah nilai jihad yang Allah Swt lebihkan padaku karena sungguh aku tak kuasa untuk merubah semua ini kecuali aku resign kemudian mencari pekerjaan baru tapi rasanya aku harus berhitung lagi karena mencari kerja bukan pekerjaan yang mudah. "Abii.... airnya sudah siap" panggilan itu membuyarkan lamunanku aku segerah menoleh kulihat istriku sudah berdiri didepan pintu menungguku.
"Setelah mandi kitajamaah dirumah aja yah" pinta istriku, aku menggangguk karena sudah paham maksud istriku. Kebiasaanku sejak dulu memang seperti itu makan malam sepulang kerja kebanyakan sehabis sholat isya. Diluar hujan sedang lebatnya, konsekwensi logis dan syar'i nya sholat dirumah tidak menjadi masalah karena ada keringanan yang dibolehkan. Tapi seandainya kita bisa berjamaah di mesjid kenapa tidak tapi malam ini rasanya aku memang ingin sholat dirumah saja sekalian agar ifah si putri kecilku bisa sekalian meniruku.
Semua telah berjalan seperti biasanya karena rutin dilaksanakan semua berjalan seperti robot yang telah diprogram. Makan malam buatan istriku walaupun bukan yang terbaik tapi selalu yang kusuka dan selalu cukup untuk sekedar mengisi perutku yang kosong atau sekedar menegakkan tulang-tulangku ini. Sekali lagi kubuka tirai jendelaku, kulanjutkan dengan melihat jam tanganku waktunya sudah hampir tiba. "Kalau lagi hujan ga' usah jalan bi palingan yang lain juga begitu" aku hanya senyum, bayangan kasur empuk ditemani selimut mylove hadiah perkawinan dulu sungguh sangat nikmat ditengah hujan yang turun tiada habisnya rasanya tanpa aku beritahukan dulu ketidak hadirannku ustadz nya pasti dah mahfum dengan keadaanya yang seperti ini.
Jari tanganku menari di atas tuts hape nokia 3100 yang sebagian casing nya telah pecah dan kurekatkan kembali dengan isolasi bening, hape jadul yang selalu menemaniku setiap saat. Tak berapa lama kemudian terdengar ada balasan dari orang yang ku sms tadi. Jawabannya mengisyaratkan agar pertemuan dicancel saja jika tak memungkinkan tapi beiau sudah ada di mesjid sejak isya tadi.
Bayanganku tentang kasur empuk kubuang jauh ini adalah pembelajaran buat ku hatiku membatin. Ku ingat kisah parah sahabat yang harus terjun kemedan jihad walaupun ia tidak sempat menikmati malam pertamanya dan harus syahid disitu. kubandingkan dengan keadaanku Ya Allah rasanya aku malu karena tak sebanding dengan para sahabat nabimu rasanya pertemuan rutin ini sebagai wasilah untuk lebih mendekatkan diri padamu tak boleh ku sia-siakan ku ingat tentang ayat jihad itu berangkatlah kamu dalam keadaan ringan ataupun berat. Walapun ini bukan untuk berjihad qital tapi ini untuk berjihad menuntut ilmu berjihad untuk menyambung silaturahim dan berjihad untuk meninggalkan kenikmatan sesaat demi kenikmatan dari Allah yang tiada taranya.
Ditemani jas hujan pembagian dari perusahaan kuterobos seluruh sapaan hujan untuk bumi yang ia tuju.
Jumat, 13 April 2012
Jumat, 13 April 2012
Ila Liqo
Published with Blogger-droid v1.7.4
0 komentar:
Posting Komentar