Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Kamis, 30 Desember 2010

Kamis, 30 Desember 2010

Doa Kami Untukmu

Hari ini kau telah genap berusia 11 bulan nak, yang pasti kamu belum mengerti apa-apa tentang hidup. Tapi tentu tidak dengan kami orang tuamu sedari awal saat kami tahu kamu akan hadir menemani kami dengan izin penciptamu. Telah begitu banyak persiapan yang kami lakukan sebatas kemampuan kami.

Dalam harapan dan doa-doa kami, kami ingin kamu tumbuh menjadi satu dari sekian juta umat yang senantia memperjuangkan agama ini. Sehingganya kamu bisa mengantarkan kami meraih rahmatnya .Sehingganya kami juga bisa mempertanggung jawabkan amanah kami.

Kamu adalah titipan sekaligus amanah tentu itu membutuhkan keahlian khusus yang sebelumnya tak pernah ada pada kami. Tapi itulah tantangan bagi kami sekaligus ladang pahala bagi kami, bukan bebanmmu untuk membalas semua itu tapi cukuplah hormati kami sebatas kepatuhanmu kepada Tuhanmu. Pelihara kami kelak sebatas perintah Nabimu kepadamu.

Ya Allah jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang selalu mendirikan sholat, Ya Allah, kabulkanlah doaku. 

Ya Allah jadikanlah isteri dan keturunan kami sebagai buah hati kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa. 

Ya Allah berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kepada  ibu-bapakku, dan agar aku dapat beramal soleh yang Engkau ridhoi, jadikanlah keturunanku orang-orang  yang soleh, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. 

Aku serahkan anak-anakku di bawah perlindungan kalimat Allah yang sempurna dari ganguan setan, mara bahaya dan dari pandangan yang penuh kedengkian. 

Ya Allah berkahilah anak-anakku, janganlah Engkau celakan mereka, karuniailah aku ketaatan mereka, jadikanlah mereka buah hati Nabi Muhammad SAW dan kedua orang tua mereka. 

Ya Allah berilah mereka ilmu para arifin, jadikanlah mereka faqih (alim) dalam agama, ajarkan kepada mereka pengetahuan takwil, dan tuntunlah mereka ke jalan yang lurus dan benar, dan jadikanlah mereka ulama yang mengamalkan ilmunya, dan masukkanlah mereka ke dalam golongan hamba-Mu yang saleh. 

Ya Allah tumbuhkan mereka dengan sebaik-baik pertumbuhan, dan jadikanlah mereka orang-orang yang memberi petunjuk dan mendapat  petunjuk. 

Ya Allah berilah mereka taufik untuk menyintai-Mu, mentaati-Mu dan   mencari keri-dhoan-Mu. Ajarkanlah kepada mereka semua yang bermanfaat  dan berilah mereka manfaat dari semua yang Kau ajarkan. 

Ya Allah lindungilah mereka dari segala fitnah, baik yang nyata maupun   tersembunyi, dan juga dari segala macam kejahatan.

Ya Allah mudahkanlah urusan mereka, dan perbaikilah keadaan, perbuatan dan  niat mereka .

Ya Allah berilah mereka kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. 

Ya Allah bantulah mereka agar dapat mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baik amal ibadah. 
Ya Allah akhirilah semua urusan mereka dengan keberhasilan dan  selamatkanlah mereka dari kehinaan dunia dan akhirat. 

Ya Allah jadikanlah pendengaran, pandangan dan kekuatan mereka menyenangi jalan petunjuk-Mu, dan jadikanlah hawa nafsu (keinginan) mereka  patuh pada ajaran yang dibawa oleh kekasih-Mu Muhammad SAW. 

Ya Allah selamatkanlah mereka, berilah kesehatan dan maafkanlah mereka, panjangkan umur mereka dalam ketaatan dan keridhoan-Mu, terimalah amal mereka, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dan  Engkaulah yang patut megabulkan doa. Dan limpahkanlah solawat dan salam kepada Sayyida Muhammad SAW serta kepada para keluarga dan sahabatnya.

Do’a “Birrul Walidain” Karya Syeikh Muhammad Abil Hibb  Al-Hadharami At-Tarimi



Perang Hunain

Peristiwa perang hunain patut menjadi pelajaran bagi kita dalam kondisi apapun, setelah peristiwa penaklukan kota meka oleh Rasulullah bersama 12.000 pasukannya 10.000 adalah sahabat yang bersama beliau pada saat peristiwa fattu Makkah sedangkan 2000 berasal dari suku Quraisy yang baru masuk islam setelah peristiwa fattu Makkah di bawah komando Abu Sufyan. Di masa itu, tentera sebesar itu hampir tak pernah ada di Tanah Arab. Namun, justeru kekuatan jumlah mereka inilah yang menjadi penyebab kekalahan awal mereka. Sebabnya, berlainan dengan di masa lalu, sekarang mereka membanggakan diri kerana jumlahnya yang besar. Akibatnya, mereka mengabaikan taktik dan prinsip-prinsip perang.

Ketika para sahabat melihat jumlah tentera yang besar itu ada di antara mereka yang berkata, “Sama sekali kita tak akan kalah, kerana jumlah tentera kita jauh lebih besar daripada musuh.” Namun, ia tidak menyedari bahawa keunggulan jumlah bukanlah satu-satunya faktor penentu kemenangan, dan sesungguhnya faktor itu malah kurang penting.
    
Al-Quran sendiri menyebutkan hal ini yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, iaitu di waktu kamu menjadi bongkak kerana banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas ini telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.”

Maka dalam kondisi apapun jadilah kita apa adanya terlalu membanggakan diri justru akan membuat kita hanyut hingga membuat kita lupa dengan tujuan awal kita.

Rabu, 29 Desember 2010

Rabu, 29 Desember 2010

Belajar dari Safety Talk

Di dalam dunia kerja, pertambangan ataupun industry kegiatan seperti safety talk sudah menjadi rutinitas bahkan menjadi kewajiban para pekerja untuk melaksanakannya walaupun dengan istilah yang berbeda beda.tapi toh tujuan dan maksudnya sama yaitu sebagai sarana untuk saling berbagi, mengikatkan bahkan untuk mengevalusai beberapa hal yang terkait dengan keselamatan kerja kita.

Di awali dengan sebuah janji, sebagai sebuah bentuk komitmen untuk menjalankan segala ketentuan yang ada dengan segenap jiwa dan raga .

Hal hal yang di bicarakan pun beragam mulai dari urusan keselamatan dalam bekerja, sampai urusan keselamatan dijalan umum pun di bahas. kemudian share jikalau ada accident atau kejadian di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan, tujuannya satu agar tidak terulang kembali.kejadian yang harus di laporkan apa saja walaupun hanya secuil, alih alih secuil hampir tercuil pun harus di laporkan istilahnya sih near miss atau hampir terjadi. Keadaan yang tidak aman pun harus di laporkan kepada atasan sehingga potensi bahaya yang bisa terjadi kita bisa hilangkan atau minimalkan.

Semua itu di lakukan dengan harapan setiap saat selalu ada peningkatan kea rah yang lebih baik.sehingga institusi kita bisa mempunyai nilai di mata pemerintah maupun stakeholder.

Penulis sebagai seorang pekerja yang setiap minggunya di hadapkan dengan kegiatan seperti ini dan pagi ini pun demikian jadi sempat bertanya-tanya kalau cuma untuk urusan keselamatan di dunia kita begitu konsennya lantas yang menjadi pertanyaan apakah yang telah kita lakukan untuk menjaga keselamatan di negri akhirat sana yang sampai pada saat ini belum seorang pun membantah kalau negri akhirat itu kekal abadi selama lamanya selain orang-orang ateis yang tak bertuhan tapi telah lama terbantahkan argument mereka itu.

Apakah untuk menjaga keselamatan di negri akhirat kita juga telah safety talk seminggu sekali membahasa segala aturan yang berlaku untuk mencapainya di bab fiqih, apakah fiqih yang kita pahami memang sudah terdaftar atau yang mewakili pendapat empat imam.

Apakah accident wasior, mentawai gunung merapi atau yang lainnya juga sudah kita bahas dan ambil hikmahnya

Apakah setiap ada kondisi tidak aman dengan adanya kemungkaran di depan mata kita telah kita laporkan atau kita cegah.

Apakah semua kejadian near miss telah kita benahi dengan mengajak keluarga dan kerabat kita menuju seruan Allah Swt.

Padahal telah begitu banyak pelajaran bahwa kematian yang selalu kita lari padanya pasti akan menjemput tepat pada waktunya.Tanpa ada yang bisa memajukan atau memundurkan waktunya walaupun hanya sedetik saja.

Semoga kita termasuk orang yang selalu safety Talk Setiap minggunnya sehingga bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari kita sehingga termasuklah kita ke dalam golongan orang-orang yang Safe di Akhirat nanti.amin Ya Robbal Alamin.

Salvation in the afterlife on top of everything

Minggu, 05 Desember 2010

Minggu, 05 Desember 2010

Momentum Hijrah

Peristiwa hjrah Nabi SAW dari Mekkah ke Madinah akhirnya dipilih sebagai momentum yang dijadikan dasar tahun perhitungan kalender Islam. Padahal sebelumnya, sudah ada banyak usulan terkait dengan momentum lain yang tidak kalah penting.

Ada momentum kelahiran Nabi, ada momentum awal mula turunnya wahyu pertama kali di atas Jabal Nur dalam gua Hira, ada momentum
Isra` Mi`raj, ada momentum Perang Badar, Perjanjian Hidaibiyah, Fathu Mekkah bahkan haji Wada`.
Tetapi merayakan tahun baru nggak diajarin sama Islam. Apalagi dengan cara-cara yang berbumbu maksiat. Itu artinya, perayaan tahun baru adalah budaya khas di luar Islam. Bukan berasal dari Islam!
Umat Islam oleh Rasulullah tidak diajarkan sama sekali menyambut tahun baru. Nggak sama sekali. Lagian emang penentuan dan penanggalan tahun hijriah sendiri jauh setelah Rasulullah saw. wafat. Dan para sahabat pun tidak pernah merayakannya.
Awal perhitungan tahun yang didasarkan peristiwa Hijrah dimulai pada tahun 17 Hijriyah (H), atau 7 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw. Tepatnya, terjadi waktu zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab.
Menurut salah satu riwayat, yang mendorong perhitungan tahun ini adalah adanya surat dari Abu Musa al-Asyari, amir alias gubernur di Basrah kepada Khalifah Umar bin Khattab, bahwa ia menerima surat dari Khalifah yang tidak bertarikh tahun dan hal ini menimbulkan kesulitan.
Pada pembahasan mengenai soal perhi-tungan tahun terse-but, terdapat beberapa alternatif yang muncul. Ada yang menawarkan tahun kelahiran Rasulullah, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, dan ada pula yang manawarkan patokannya berdasarkan tahun wafat Nabi.
Diperoleh keterangan, Dr. Hasan Ibrahim Hasan dalam Zu'amaul Islam (1953) pernah melukiskan, bahwa pada suatu hari Khalifah Umar bin Khathab memanggil dewan permusyawaratan untuk membicarakan perihal sistem penanggalan. Dalam kesempatan itu, Ali bin Ali Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah sebagai momentum saat ditinggalkannya bumi musyrik.
Usulan itu diterima sidang. Khalifah Umar pun menerima keputusan dan mengumumkan berlakunya Tahun Hijriyah. Sebenarnya, Hijrah Nabi sendiri pada Kamis akhir bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Thur pada awal bulan Rabiul Awal, yaitu Senin 13 September tahun 622 Masehi. Tetapi Umar serta sahabat-sahabatnya setuju memulai tarikh Hijrah dari bulan Muharram tahun itu karena Muharram merupakan bulan yang mula-mula Nabi berencana berhijrah dan bulan selesainya mengerjakan ibadah haji.
Jadi nggak ada keterangan bahwa Nabi mengajarkan perayaan tahun baru hijriah sekalipun, apalagi menyuruh merayakan tahun baru masehi. Kitanya aja yang latah ama budaya selain Islam. Tul nggak?
Sekadar kamu tahu, perayaan tahun baru ini adalah biasa dilakukan oleh umat agama lain. Misalnya kaum Yahudi, mereka juga punya tahun baru dalam penanggalan mereka. Nah, setiap mereka masuk tahun baru Ros Sahanah, seluruh umat mereka di masa lalu menyam-butnya dengan pawai keliling kota sambil meniup terompet en pesta semalam suntuk!
Terus, orang-orang Cina biasa merayakan tahun baru Imlek. Di masa lalu, mereka berharap kepada dewa mereka keberkahan. Nah, karena dalam mitos Cina biasanya kalo tahun baru mereka, selain kebaikan ada juga kejahatan yang dibawa setan. Itu sebabnya, mere-ka kudu menyalakan petas-an atau minimal nyala api (kini dimodifikasi dengan kembang api) sebagai sim-bol untuk mengusir setan.
Nah, jadi kalo kita merayakan tahun baru, apalagi tahun baru masehi, maka itu jatuhnya maksiat. Hih, ati-ati deh. Jangan sampe kita latah ikutan heboh dengan budaya kaum di luar Islam. Apalagi kalo itu berkaitan erat dengan prosesi keagamaan mereka.
Firman Allah Swt.:
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,” (QS al-Furqan [25]: 72)
Cuma sayangnya, dengan penanggalan tahun masehi (menurut aturan Nashrani) yang digunakan secara internasional, kita jadi merasa lebih dekat banget dengan budayanya. Seolah-olah hal yang biasa. Maka dalam merayakannya pun kita yakin deh, bahwa teman-teman tuh nggak ngerti silsilahnya. Nah, kita ajak deh supaya mau meninggalkan budaya nggak bener ini. Jangan sampe temen-temen tersesat kian jauh dari Islam.
Firman Allah Swt.:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS al-An'aam [6]: 116]
Waktu = alat ukur evaluasi diri
Sobat muda muslim, pergantian siang dan malam, pergantian hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun, jadikan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita. Karena memang kita diajarkan untuk itu.
Firman Allah Swt.: “Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu be-nar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang ber-iman dan menger-jakan amal saleh dan nasihat me-nasihati supaya mentaati kebe-naran dan nasi-hat menasihati supaya menetapi kesabaran” ( QS al-Ashr [103] 1-3 )
Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)
Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang menga-malkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib, sunah, haram, mana yang makruh, en mana yang mubah. Intinya kudu taat hukum syara.
Itu artinya perubahan waktu ini harusnya kita jadikan momentum (saat yang tepat) untuk mengevaluasi diri. Jangan malah hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru. Sudahlah merayakannya haram, eh, caranya maksiat pula. Waduuuh, apa itu nggak dobel-dobel dosanya? Naudzubillahi min dzalik!
Sobat muda muslim, ada dua hal yang bikin manusia tuh lupa diri. Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua nikmat, dimana manusia banyak tertipu di dalamnya; kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)
Nggak baik kalo kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini. Firman Allah Swt.:
“Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesem-patan bertaubat lagi.” (QS ar-Rûm [30]: 57)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates