
Lagi-lagi kita sebagai umat islam harus mengelus dada, Toleransi dan rasa kebersamaan kita di pertanyakan akibat dua kejadian berturut-turut yaitu di ciukesik Banten dan Temanggung dan harus kita akui itu hilang dari sebagian kita karena pelakunya adalah umat “islam”. Dua kejadian itu menambah deretan sekian banyak peristiwa yang harus diakui bahwa itu adalah tindakan yang anarkis dan tidak di perbolehkan dalam Islam yang saya pahami. Tapi haruskah semua rentetan kejadian-kejadian selama ini harus kita bebankan kepada Umat islam lalu mencapnya sebagai orang yang tidak mempunyai toleransi. Sungguh suatu hal naïf dan tidak adil jika demikain. Walaupun ini bukan pernyataan pembenar atas tindakan anarkisnya. Karena sesungguhnya semua kejadian yang terjadi selama ini hanyalah merupakan akumulasi kekesalan sebagian umat Islam yang agamanya terus dihina dan dilecehkan sudah cukup beban perasaan itu dipikul oleh umat Islam selama ini yang selalu saja di rongrong oleh pihak yang tidak suka dengan Islam.
Berbagai cara dilakukan agar kesan beringas dan anarkis itu dilakukan dari mengajukan gugatan ke MK menyoal pasal penistaan agama yang di tolak, sampai tayangan media yang rasanya cukup tidak adil dan berimbang, sebuah tanyangan diskusi yang menghadirkan para pengacara itu memperlihatkan betapa kita umat islam dipojokkan tapi kalau ada dari agama lain yang berbuat sama maka bahasanya adalah oknum, seorang anggota dewan yang terhormat sampai-sampai harus mempersoalkan para ulama yang berpolitik sehingga katanya mengabaikan umatnya lantas membuat kita bertanya apakah semua ulama yang ada di DPR itu berasal dari ciukesik atau temanggung sehingga ia lupa akan dakwahnya ataukah beliau itu berpikir dakwah itu hanya sekedar ceramah saja di mesjid-mesjid atau taklim-taklim. Padahal DPR sendiri perlu di “dakwahi” karena sering menilep uang rakyat yang pada akhirnya sama membunuh rakyat.Tapi setelah membaca nama dan dan asal fraksinya saya menjadi mahfum dengan perkataannya karena beliau berasal dari partai yang cukup banyak bermasalah dengan kasus korupsi dan asusilah maka kita mahfum saja atas ketidaksukaannya ada ulama di DPR karena takut di “dakwahi” yang berakibat hilang kesenangannya selama ini.
Pernyataan anggota dewan yang lain sebagai pembenar kegamangan mbahnya yang tidak mau tegas membubarkan ahmadiyah mengatakan bahwa didalam agamanya tuhan tidak perlu dibela karena tuhan adalah pembelanya, membuat kita juga harus mahfum karena ajaran tuhannya mengatakan kalau kamu ditampar pipi kirimu maka berikanlah pipi kananmu, nah loh…. Ada yang pernah berbuat demikian??? Maka atas dasar karena tuhan tak perlu dibela maka beliau dengan umatnya mau seenak udelnya melecehkan agama orang seperti yang terjadi di temanggung, alor, malang dan beberapa tempat lainnya.
Belum lagi hostnya yang mempertanyakan ayat alquran surat Al kafirun, Untukmu agamamu dan Untukku agamaku kemudian melempar pernyataan lantas mengapa masih ada kekerasan kepada ahmadiyah, maka kita menjadi bingung sejak kapan ahmadiyah itu menjadi sebuah agama yang ada ahmadiyah mendompleng Islam kemudian menafsirkan alquran dan hadis seenak jidatnya, mengakui mbah ghulam sebagai nabinya padahal belum ada sejarah sebelumnya ada sebuah agama dengan 2 nabi semua hanya untuk kepentingannya, lantas karena terpojok kemudian mengalihkannya ke peristiwa temanggung tapi lagi-lagi kita harus melongo bingung apa hubungannya mempersilahkan menjalankan dan mengakui eksistensi sebuah agama yang tercermin dalam surat Al Kafirun ayat ke 6 itu dengan ketidakpuasan beberapa orang atas keputusan hakim menjatuhkan hukuman 5 tahun kepada orang yang telah menghina dan melecehkan agama orang dengan berbuat kerusakan,buset dah cara berpikiirnya lugu banget gitu loh.
Tidak hanya sampai disitu masih ada lagi anggota dewan yang terus menekankan aspek dialog dengan ahmadiyah seakan tidak pernah belajar akan sejarah panjang ahmadiyah di Indonesia. Alih alih mematuhi SKB 3 mentri yang nota bene bukan mereka yang membuatnya, Tapi mematuhi 12 butir kesepakatan yang telah disetujuinya saja tidak mau, yang mengakibatkan ketidakpuasan umat islam sampai saat ini lantas jalan damai macam apalagi yang mau di tempuh.apa harus berdamai saja kemudian menerimah ahmadiyah apaadanya kalau memang maunya seperti itu masih banyak umat islam yang lebih senang hidup di penjara sebagai bukti kecintaannya kepada agamanya.
Belum lagi para pengusung kebebasan itu selalu mati-matian membela Ahmadiyah dengan meneriakkan kebebasan berkeyakinan yang harus di lindungi oleh Bangsa dan Negara tapi ketika ditanya tentang keyakinan umat Islam yang sedang di lecehkan dengan entengnya mereka berpendapat bahwa umat islam harus berbesar hati menerima perbedaan, seperti orang yang amnesia, ia lupa bahwa kebebasan berkeyakinan itu tidak boleh melecehkan agama mainstream yang sudah ada, maka janganlah bingung kalo ke sekian LSM pengusung kebebasan berkeyakinan itu gugatannya tentang undang-undang penistaan agama itu di tolak oleh MK.
Maka hanya ada 2 pilihan buat ahmadiyah kembali kepada Islam dengan perpedoman kepada al quran dan sunnah atau keluar dari Islam secara keseluruhan dengan membuat agama baru serta tidak menampilkan atribut dan simbol keislaman,maka akan berlaku bagimu agamamu dan bagiku agamaku dan buat pemerintah hanya satu memfasilitasi dua opsi di atas, jika salah satunya di terima oleh ahmadiyah tapi bila keduanya di tolak maka pemerintah harus siap untuk membubarkan ahmadiyah dan mencapnya sebagai organisasi terlarang dengan dasar keputusan MK karena jelas-jelas penodaan agama telah terjadi.
Lantas bagaimana dengan perilaku anarkis, rasanya kita semua akan sepakat kalau dibawa keranah hukum toh dari sekian banyak agama yang ada melarang kita untuk merusak apalagi membunuh terlebih lagi Islam membunuh hanya di perbolehkan ketika kita terancam nyawanya atau dalam keadaan perang itupun harus dengan ketentuan tidak boleh membunuh wanita dan anak-anak orang tua jompo, tidak di perkenankan merusak rumah ibadah dan menebang pohon. Dan semua itu tercatat dengan sejarah tinta emas sebagai panutan umat islam.
Tapi tentu dengan catatan bisa kah tidak membangunkan singa yang lagi tidur dengan cara seperti di temanggung dan tempat yang lain.